Latar Belakang

Era globalisasi ditandai oleh kemajuan pesat Iptek (Ilmu pengetahuan dan teknologi) yang saat ini telah merambah hampir pada semua aspek dan tatanan kehidupan manusia. Penguasaan dan keunggulan di bidang iptek oleh negara – negara maju yang telah berlangsung berabad – abad tidak terlepas dari tingginya investasi dan penghargaan pemerintah pada sektor pendidikan. Jepang dan Korea yang termasuk dalam negara industri maju menganggarkan sektor pendidikan rata – rata 32 % di tahun 70-an. Maka itu, kedua negara tersebut dijuluki Macan Asia yang merupakan pesaing kuat negara – negara industri maju. Indonesia telah berupaya mengalokasikan 30 % APBN untuk sektor pendidikan, namun hal tersebut masih bersifat normatif dan belum memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan dan keberhasilan dunia pendidikan di Indonesia. Bahkan, semenjak dilanda krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1997 Index Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami penurunan yang drastis berada pada pringkat 112 jauh dibawah malaysia dan Filipina. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan yang merupakan salah satu indikator penting yang berpengaruh terhadap IPM masih tertinggal.

Kondisi yang tidak jauh berbeda dialami oleh Kabupaten Badung, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Badung berada pada urutan 3 di Bali atau pada urutan 67 secara nasional. Sedangkan kondisi pendidikan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: wajib belajar 9 tahun baru tercapai 8, 9 %, dan Angka Partisipasi Murni (APM) SD 97,98%, SMP 83,71%, dan SMA / SMK 68,88 %. Berangkat dari kondisi tersebut Bupati dan Wakil Bupati yang baru terpilih (A.A. Gde Agung – Ketut Sudikerta) pada program awal masa bakti memberi prioritas pada pembenahan sektor pendidikan, meliputi:

  1. Menuntaskan wajib belajar 9 tahun dan membantu subsidi untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) tingkat SLTP sebesar Rp. 2,31 milyar lebih.

  2. Mendirikan sekolah SMK Negeri Petang dengan program keahlian Agrobisnis dan Agrowisata (Agrobis Tourism) di Kecamatan Petang yang termasuk wilayah Badung Utara.

  3. Pendirian SMK Negeri wilayah tersebut selain telah menjadi visi dan misi Bupati terpilih juga sebagai upaya menggali dan mengembangkan berbagai potensi yang selama ini belum tergarap secara maksimal, meliputi : (a) Wilayah Badung utara merupakan wilayah konservasi dan perkebunan tanaman pangan yang potensial sehingga tepat dikembangkan untuk pengembangan Agrobisnis dan Agrowisata. Untuk mendukung hal tersebut maka selain pemerintah secara bertahap berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas imprastruktur di Badung Utara. Maka dengan pendirian SMK diharapkan kedepan dapat dihasilkan SDM yang berkualitas, menguasai teknologi dan memiliki kemampuan / skill di bidang Agribisnis dan Agrowisata. (b) Wilayah Badung Tengah dan Utara merupakan daerah yang memiliki beban produk miskin terbesar, mencapi 2.235 jiwa ( Pra KS dan KS1). Angka ini terus bertambah sebagai akibat sulitnya lapangan kerja dan meningkatnya pengangguran, untuk tahun 2004 pengangguran meningkat mencapai 21.021 orang. Hal ini lebih diperparah lagi dengan stagnan sektor pariwisata setelah pasca bom Kuta dan Jimbaran. Dengan dibukanya SMK yang akan dimulai untuk tahun ajaran 2006 ini, diharapkan dapat diciptakan kualitas tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Dengan demikian terjadinya peningkatan pengangguran yang merupakan beban sosial dapat dikurangi. (c) Berdasarkan data Diknas 2004 pendidikan belum merata dinikmati oleh masyarakat Badung dan relatif kecil masyarakat Badung yang mengikuti pendidikan tinggi dan keahlian khusus. Mereka yang menamatkan pendidikan tinggi hanya 4,98%. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa anak – anak usia sekolah yang menamatkan pendidikan di SLTP maupun SLTA lebih tertarik untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah kejuruan yang memberikan ketrampilan / keahlian khusus.

Untuk Provinsi Bali khususnya Kabupaten Badung sampai saat ini belum ada sekolah kejuruan yang secara khusus mengembangkan program keahlian Agrobisnis dan Agrowisata. Hal ini pula merupakan salah satu alasan untuk pendirian SMK tersebut yang secara geografis sangat menguntungkan bagi wilayah badung utara. Untuk menjadikan daerah tersebut sebagai pusat perkembangan Agrobisnis dan Agrowisata dan menjadikan Badung Tengah sebagai perantara pemasaran komoditi unggulan porduk – produk perkebunan dan pertanian bagi Badung Selatan yang merupakan destinasi pariwisata.

Pada akhir tahun pelajaran 2008/2009, yaitu menjalang pelaksanaan Ujian Nasional terjadi perubahan program keahlian menjadi Budidaya Tanaman Sayur karena agrobisnis dan agrowisata tidak termasuk dalam spektrum program keahlian Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan dan awal tahun pelajaran 2010/2011 dibuka program studi keahlian baru yaitu program studi keahlian Agribisnis Hasil Pertanian.